Selasa, 18 September 2012

Sekilas Tentang Tutup Galon

Bisnis Air Minum Isi Ulang dan Air minum dalam kemasan tumbuh subur di perkotaan seiring dengan adanya ketersediaan air bersih. keberadaan bisnis ini juga fmenambah segmen bisnis lainnya, yaitu  produksi tutup galon.

Seiring meningkatnya Kesadaran masyarakat untuk mengonsumsi air minum yang praktis dan higienis semakin menggenjot bisnis air minum isi ulang dalam botol galon.khusus segmen air isi ulang ini amat tergantung kepada ketersediaannya tutup galon.

 Hendrita amir,pemilik produsen tutup botol CV orchidqua di bekasi,mengakui sejak merintis bisnis pembuatan tutup galon sejak 2003,sekarang trend permintaan tutup galon semakin tinggi.''kami tak bisa memenuhi permintaan pasar,''ujar dia.

Hendrita mengatakan,kapasitas produksi pabriknya mencapai 3 juta keping tutup galon dalam satu bulan.padahal,order yang masuk ke pabriknya mencapai 5 juta keping per bulan.''permintaannya jauh lebih banyak dari pada pasokan kami,''lanjutnya.

Produsen tutup botol galon lainya,Arifien husen,pemilik H2 jaya plastindo surabaya,mengaku bisa menjual tutup botol galon mencapai 70 ribu biji per bulan.





Arifin mengatakan pelanggan bisnisnya yang memulai produksi tutup galon sejak tahun 2008 itu berasal dari surabaya dan wilayah luar jawa,''sebanyak 50.000 pieces di pesan dari luar jawa, sisanya dari surabaya,''ujar dia

Sama dengan Arifien, Hendrita juga memenuhi permintaan tutup galon dari luar jawa seperti kalimantan dan sulawesi.



Omzet penjualan dari bisnis tutup galon ini ternyata cukup besar,mengakui rata-rata omzet tiap bulan mencapai Rp 200 juta - Rp 300 juta.

Hendrita mengatakan harga jual tutup galon produksinya berkisar bervariasi mulai dari Rp 65 hingga Rp 300 per biji.''tergantung bahan dan kualitasnya,''ujar Hendrita.

Sedangkan,Arifien menjual tutup galon Rp 80- Rp 90 per biji. artinya,dengan produksi hingga 70.000 keping per bulan, omzet Arifien bisa mencapai Rp 5,6 juta - Rp 6,3 juta.''kami memang baru menghasilkan sebanyak itu,''ujar dia

Dengan volume penjualan kurang lebih 30.000 biji perbulan,Belly mengaku menjual dengan harga lebih mahal.''Harga jual tutup galon isi ulang Rp 210 per biji,''ujar dia. Sedangkan harga tutup galon dengan standar kualitas air minum bermerk mencapai Rp 270 per keping. Omzet penjualannya mencapai Rp 63 juta - Rp 81 juta. Saat sedang ramai,dia mengaku bisa meraup omzet sampai satu miliar rupiah.















Hendrita mngatakan,seperti bisnis lainnya,puncak permintaan tutup galon terjadi pada saat musim kemarau tiba. ''Saat musim hujan,biasanya permintaan tutup galon ikut menurun. Tapi,penurunannya tidak terlalu signifikan.''ujar Hendrita.

Margin Kecil
 Para produsen tutup galon ini mengaku kalau margin dari bisnis ini sangat kecil karena biaya produksi tutup galon cukup besar,  terutama di bahan baku dan biaya lisik.

Belly, misalnya, mendapatkan margin bersih sebesar 15% - 20% dari omzet, sedangkan Hendrita hanya mampu mengambil margin 10% dari total omzet. Begitu juga Arifien yang mengambil sekitar 22% - 25%.

Padahal biaya bahan baku produksi tutup galon bisa memakan sampai 50% dari total pengeluaran. Seperti Hendrita yang mengaku mengeluarkan biaya listrik sekitar Rp 9 juta - Rp 12 juta sebulan.Maklum,mesin produksi tutup galon ini memang membutuhkan tenaga listrik cukup besar.''Sisanya adalah upah karyawan dan lain-lain.'' tuturnya.

Karena inilah, Arifien menyiaasatkan dengan menggunakan mesin diesel.''Dalam sehari kami bisa menghabiskan 8 liter solar.'' tutur dia. Dengan memiliki empat mesin produksi, dalam sehar,i ia bisa menghasilkan 4.000 tutup galon.

Memulai bisnis ini harus menyiapkan dana  untuk membeli paling tidak dua mesin produksi, yakni mesin inject dan mesin cetak tutup galon. Harga satu mesin inject bekas buatan jepang nilainya sekitar Rp 1 juta,kalau membeli baru, harganya Rp 3 juta - Rp 4 juta. Harga mesin cetak baru sekitar Rp 30 juta. ''Sebaiknya lebih dari satu mesin biar kapasitas produksi besar.'' ujar Hendrita.

Hendrita mmperkirakan, untuk memulai bisnis dengan skala menengah, di butuhkan modal sekitar Rp 130-180 juta. jika skala produksinya besar, sekitar 1 juta sampai 3 juta biji per bulan, kebutuhan munkin bisa sampai Rp 1 miliar.

Tapi, kalau ingin produksi mulai kecil, kebutuhan modal memang tidak banyak,''modalnya sebesar Rp 8 juta - Rp 15 juta pun cukup,'' ujar Arifien. Tentu saja dengan modal secekak itu hanya bisa memperoleh mesin-mesin bekas. Selain itu juga harus di persiapkan lahan untuk lokasi pabrik.'' Dibutuhkan kurang lebih 6 meter x 4 meter,'' ujar Hendrita.


Sumber:surabayapost.co.id
Ar